skip to Main Content
Memanggul Buku Dari Desa Ke Desa

Memanggul Buku dari Desa ke Desa

Sumber Kompas / 23 Maret 2016 /Hal16

Aini Abdul (31) dan Fery Irawan (25) tak lelah memanggul ransel penuh buku dari desa ke desa di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Dengan cara itu, keduanya berupaya menumbuhkan minat baca dan mimpi kepada anak-anak di kawasan pinggiran.

Aini lahir di sebuah desa di Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan, sekitar 15 kilometer dari Palangkaraya. Di antara anak-anak di sana, ia termasuk beruntung bisa mengenal dunia buku sejak kecil. ”Bapak dulu kalau pulang dari kota suka membawa setumpuk koran lama untuk jadi bahan bacaan anak-anaknya di rumah,” kenang Aini.

Sejak saat itu, ia mencintai buku. Karena itu, ia tak keberatan berjalan puluhan kilometer ke kota hanya untuk membaca buku. Dari buku, ia memupuk mimpi dan cita-cita. Dari buku, ia sadar pentingnya mengejar ilmu.

Lepas SMA, perempuan asli Dayak Ngaju itu melanjutkan pendidikan guru Bahasa Inggris di Universitas Palangkaraya. Setelah lulus sarjana tahun 2007, ia bekerja sebagai pemandu turis asing di sebuah perusahaan yang memiliki kapal pesiar. Pekerjaan itu menghubungkan ia dengan orang-orang di desa-desa di pinggir Sungai Rungan, Palangkaraya.

”Saat membawa turis melewati sungai-sungai, kami selalu melewati permukiman di pinggir sungai. Setelah saya masuk ke sana, ternyata kondisinya memprihatinkan,” ungkap Aini.

Hampir setiap rumah tidak memiliki jamban, beberapa orang membuang hajat langsung ke sungai. Padahal, untuk hidup, mereka juga meminum air sungai itu. Akses ke dunia pendidikan dan pengetahuan menjadi barang supermewah. Semua orangtua di desa-desa yang Aini temui sebagian hanya lulusan SD, bahkan banyak yang tidak tamat.

Melihat kondisi ini, hati Aini tergerak. Ia ingin membuka akses ke dunia ilmu dengan caranya sendiri, yakni membawakan buku untuk anak-anak. Ia yakin buku akan menumbuhkan mimpi dan cita-cita di kalangan anak-anak desa, seperti yang ia alami ketika kecil.

Sejak 2009, di sela-sela tugas sebagai pemandu wisata, ia berjalan kaki membawa ransel penuh buku untuk anak-anak di sejumlah desa, mulai buku cerita, buku mewarnai, buku pelajaran, hingga buku sastra. Sebagian buku yang ia bawa adalah koleksinya sendiri, buku milik ayahnya, dan buku pemberian teman-temannya.

Ia memulai dari Petuk Katimpun, desa di pinggir Sungai Rungan, Palangkaraya. Kemudian, ia merambah ke banyak desa di pinggiran Kota Palangkaraya, bahkan ke beberapa kabupaten lain, termasuk tempatnya lahir di daerah Seruyan.

Kompas menemui Aini, Kamis (17/3), sekitar pukul 14.00 WIB, saat ia membawakan buku untuk anak-anak di sebuah desa di pinggiran Palangkaraya. Kedatangannya disambut gembira anak-anak yang bertelanjang kaki dan dada. Mereka memanggil nama Aini dan mengejarnya.

Hal itu antara lain dilakukan Memed (12). Dengan nada tak sabar, ia menyambut Aini dengan serentet pertanyaan. ”Cerita apa hari ini, Kak? Ada buku baru kah?”

Aini, yang baru saja menurunkan ransel, dengan lembut menjawab, ”Duduk dulu semua. Kakak istirahat dulu, baru nanti kakak bacakan cerita baru.” Setelah mengambil napas, ia mengeluarkan beberapa buku dan mulai membacanya untuk anak-anak. Buku berjudul Karang Gigi untuk Makikikarangannya sendiri, ia bacakan sambil menunjukkan gambar-gambar ilustrasi. Wajahnya gembira, segembira anak-anak desa yang mendengarkan ceritanya.

Bertemu Fery 

Tidak terasa, tujuh tahun sudah Aini melakoni kegiatannya: memperkenalkan buku kepada anak-anak desa. Dalam perjalanannya, tahun 2014, ia bertemu Fery Irawan, pemuda Desa Petuk Katimpun. Sejak saat itu, Aini biasa menitipkan ransel berisi bukunya kepada Fery sebelum ia memanggulnya ke beberapa desa pada hari-hari berikutnya.

Fery adalah satu-satunya pemuda Petuk Katimpun yang bisa mencecap bangku kuliah. Ia lulus Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Palangkaraya tahun 2013 dan menjadi sarjana pertama di desanya. Karena itu, ia merasa bertanggung jawab untuk menularkan ilmu kepada anak-anak sedesanya yang kebanyakan anak nelayan.

Ia pun tergerak untuk bergabung dengan Aini dalam memperkenalkan buku kepada anak-anak sejak 2014. Seperti yang dilakukan Aini, nyaris setiap hari ia juga memanggul ransel berisi buku untuk anak-anak di pelosok desa. Dengan bantuan Fery, semakin banyak anak-anak desa yang mengenal buku.

”Saya cuma ingin anak-anak (desa-desa di Palangkaraya) punya cita-cita setinggi langit. Jangan hanya puas menjadi nelayan yang tidak punya pengetahuan. Semoga semangat ini juga tertular kepada para orangtua sehingga mereka mau menyekolahkan anak mereka setinggi-tingginya,” harap Fery.

Perpustakaan

Tidak berhenti hanya memanggul buku, Aini dan Fery kemudian mendirikan perpustakaan di sebuah bangunan seluas 4 meter x 6 meter di atas Sungai Rungan, Petuk Katimpun. Modal untuk membuat perpustakaan diperoleh Aini dari kawan-kawannya di dalam dan luar negeri.

Bangunannya sederhana, tetapi cukup nyaman. Dindingnya dipenuhi gambar, mulai dari gambar orangutan, aneka bunga, hingga aneka binatang. Perpustakaan juga dilengkapi dengan kamar mandi. Aini dan Fery menamai perpustakaan itu Ransel Buku.

Beragam jenis buku tersedia di sana, mulai buku untuk anak-anak pra sekolah hingga buku bagi siswa sekolah menengah pertama. Sebagian buku berasal dari teman-teman Aini di dalam dan luar negeri. ”Kebetulan saya banyak memiliki teman yang bisa memberikan bantuan buku,” katanya.

Di tempat itu, Aini dan Fery mengajar anak-anak Petuk Katimpun membaca dan menulis. Mereka tidak ingin anak-anak di desa itu tak berpendidikan seperti generasi sebelumnya yang putus sekolah demi membantu orangtua mencari nafkah. Mereka ingin mimpi anak-anak di desanya bisa melintasi sungai dan bermuara di lautan luas.

Seperti Aini, Fery sudah jatuh cinta dengan aktivitas sosialnya sehingga ia berat hati mencari pekerjaan di tempat lain. ”Kalau saya pergi, siapa yang mengurus anak-anak yang sudah penuh semangat untuk belajar,” ujar Fery.

Saat ini, Fery menghabiskan hampir seluruh waktu dan pikiran untuk Ransel Buku. Selain mengajar di perpustakaan, ia setiap hari tak lelah memanggul buku dari desa ke desa, persis seperti yang dilakukan Aini sejak tahun 2009. Ya, ia telah menjelma menjadi Aini baru.

Melihat kesungguhan Fery, Aini senang bukan kepalang. Ia berdoa semoga Tuhan menurunkan pemuda-pemuda lain yang mau bergabung memanggul buku dari desa ke desa. Ikut dalam gerakan menumbuhkan mimpi dan cita-cita, serta menyiapkan masa depan yang lebih baik untuk anak-anak di desa. Sebuah harapan yang sangat mulia.

Back To Top